Rabu, 05 Agustus 2015

Kenapa TMII Tetap Menarik Dikunjungi?

MINIATUR Indonesia yang sebenarnya. Itulah kesan saya ketika mengunjungi Taman Mini Indonesia Indah (TMII) tiga musim selanjutnya. Tepatnya ketika menghadiri Pameran Filateli yang dilakukan Kompasianer Christie Damayanti di 16 Agustus 2012. Bagi saya, TMII bukanlah tempat rekreasi yang asing. Sebab, mulai kecil saya sudah berulang mengunjungi taman bertamasya yang diresmikan Ibu Tien Soeharto pada 20 April 1975 ini.

Teranyar, saya jadi saksi saat Kompasiana menyelenggarakan HUT ke-6 dalam 22 November selanjutnya. Kebetulan, dalam acara yang bertajuk Kompasianival: Aksi Untuk Indonesia itu bertempat pada Gedung Sasono, TMII. Jadi, saya memperoleh sangat banyak isu mengenai TMII. Bagus tersebut saat mengunjunginya pun, dengan keluarga, rekan Kompasianer, serta dan orang terdekat. Setelah, terlintas pertanyaan dari pada hati. Kenapa mesti menuju TMII?

Jawabannya, tentunya saja mudah. Salah satunya sebagai faktor biaya yang relatif terjangkau serta lokasinya strategis. Ya, TMII mampu diberitahukan yaitu satu diantaranya kawasan berwisata yang paling dominan dikunjungi seluruh kalangan lebar. Bukan hanya warga DKI Jakarta saja. Melainkan, dari seantero penjuru Tanah Air.

Bahkan, pelancong global juga begitu antusias mengelilingi tempat rekreasi keluarga seluas kurang lebih 150 hektar itu. Ini sebab TMII dengan ditujukan demi memperkenalkan Indonesia menurut bangsa-bangsa lain dalam dunia.

Maklum, bermula dari sejarahnya, TMII dibangun demi mengenalkan menurut seantero masyarakat pada nusantara mengenai Indonesia yang seutuhnya di versi mini.

Selain Teater Keong Mas, beberapa taman, museum, juga alat rekreasi, pada TMII dan terdapat anjungan daerah yang mewakili 33 provinsi pada Indonesia. Jadi, membuka tidak langsung, kita sukses mengenal keanekaragaman suku dengan budaya yang ada di Tanah Air yang turut merekatkan pengunjung juga budaya bangsa tersebut.

Misalnya, saya yang hendak tahu tentang hukum adat Minangkabau, berhasil mendatangi anjungan Sumatera Barat (Sumbar). Pada anjungan itu, terdapat Rumah Gadang khas Sumbar yang setiap hari buka pada pukul 08.00-18.00 WIB.

Dalam di balairung, anda dapat menonton rekor Minang juga serta segala acara kesenian yang berada. Termasuk disajikannya beraneka aspek tradisional meliputi busana adat, pelaminan pengantin, kain Songket Silungkang, juga seperangkat alat musik Talempong.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar